AEDES AEGYPTI
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat
membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah.
Selain dengue, A. aegypti juga merupakan
pembawa virus demam kuning (yellow fever), chikungunya,
dan demam Zika yang
disebabkan oleh virus Zika. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua
daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan
pembawa utama (primary vector)
dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.
dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.
Aedes
aegypti bersifat diurnal atau
aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk
betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya
untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur.
Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga
ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna
hitam atau merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak cenderung
duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang
tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.
Infeksi
virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah
pada peningkatan kompetensi
vektor, yaitu
kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk
kurang handal dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscis nya,
namun tidak berhasil mengisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang
ke orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus menjadi semakin besar.
Di
Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan
perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun
tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah hutan
berpohon rimbun (sylvan areas).
Nyamuk
A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada permukaan
air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah
satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva.
Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar
4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah
menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari
sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga
nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika
kondisi lingkungan tidak mendukung.
Telur
Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan dalam
keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva.
Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya.
Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan.
Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan
menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam mengisap darah.
Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi menghasilkan nyamuk-nyamuk.
Cara yang hingga saat ini masih dianggap
paling tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah adalah
dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor.
Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur.
Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur.
- Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.
- Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur.
- Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan dijadikan tempat nyamuk bertelur.
Beberapa cara alternatif pernah dicoba untuk
mengendalikan vektor dengue ini, antara lain mengintroduksi musuh alamiahnya
yaitu larva nyamuk Toxorhyncites sp. Predator larva Aedes sp. ini ternyata kurang
efektif dalam mengurangi penyebaran virus dengue.
Sebuah penelitian melepas Aedes aegypti yang
terinfeksi bakteri lalat buah disebut Wolbachia. Bakteri membuat nyamuk kurang
mampu membawa virus demam berdarah sehingga membatasi penularan demam berdarah
jika meluas dalam populasi nyamuk. Pada prinsipnya Wolbachia dapat menyebar
secepat nyamuk jantan yang terinfeksi menghasilkan keturunan dengan Wolbachia
menginfeksi wanita.
Penggunaan insektisida yang berlebihan tidak
dianjurkan, karena sifatnya yang tidak spesifik sehingga akan membunuh berbagai
jenis serangga lain yang bermanfaat secara ekologis. Penggunaan insektisida
juga akhirnya memunculkan masalah resistensi serangga sehingga mempersulit
penanganan di kemudian hari.
No comments:
Post a Comment